Afia Fitriati Cerita tentang Membangun Gadjian dan Belajar dari Alibaba

Afia-fitriati-gadjian-profpic

Program eFounders Fellowship angkatan ke-8 yang digelar Alibaba Group dan UNCTAD di Hangzhou Desember 2019 lalu mengundang 16 tech-founder cemerlang asal Indonesia. Salah satu dari mereka adalah Afia Fitriati, co-founder Gadjian, sebuah penyedia aplikasi pengelolaan sumber daya manusia dan penggajian berbasis cloud yang dibangun sesuai dengan kebutuhan perusahaan berkembang dan lean enterprises tanah air. Kali ini, tim Alibabanews berbincang dengan Afia tentang pengalamannya membangun Gadjian, mengikuti program eFounders Fellowship, dan strateginya melakukan adaptasi di tengah pandemi Covid-19.

Punya sebuah kesamaan dengan Jack Ma

afia-fitriati-gadjian-efounders

Afia rupanya memiliki satu persamaan dengan Jack Ma, yaitu sama-sama memiliki jiwa mengajar. Perempuan lulusan Nanyang Technological University tersebut mengaku sempat mengajar selama beberapa tahun. “Di hati yang terdalam, saya merasa diri saya adalah seorang guru. Saya selalu berhasrat memberdayakan orang-orang untuk dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka,” ujar Afia. Sebagai guru, hal yang diajarkan Afia juga sama seperti founder Alibaba Group, yaitu Bahasa Inggris!

Di samping itu, ia juga sempat bekerja sebagai konsultan dan menjadi penulis serta editor. Afia juga pernah berkesempatan membangun bisnis online, yang membuatnya mulai belajar perihal berbisnis di ranah digital. 

Kekosongan pada platform manajemen SDM yang dapat melayani UKM dengan baik kemudian menggerakkan hati Afia bersama rekannya untuk mendirikan Gadjian. Berangkat dari pengalaman membangun perangkat lunak SDM dan mendengarkan banyak UKM tentang masalah mereka dalam mengelola SDM, mereka memutuskan untuk membantu mengatasi hal tersebut, menggunakan teknologi.

Tantangan terbesar dalam membangun bisnis

Setiap entrepreneur punya tantangannya masing-masing dalam menjalankan bisnisnya. Demikian halnya dengan Afia dalam melakoni perannya di Gadjian. Menurutnya, ekosistem startup di Indonesia, meski tengah bertumbuh, masih sangat muda, belum cukup matang untuk mendukung pertumbuhan startup digital. “Rasanya cukup sulit untuk menemukan orang-orang yang berkualifikasi, terutama dalam bidang SaaS atau Software as a Service. Selain itu, founder perempuan juga terbilang minim, sehingga terkadang saya agak merasa kesepian,” jelasnya.

Perjalanannya memang penuh tantangan. Meski demikian, banyaknya tantangan yang Afia hadapi tak lagi terasa kala ia membaca atau mendengar ulasan positif dari para pelanggan. “Baru-baru ini, ada pelanggan yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada kami dengan puisi! Itu membuat kami merasa senang sekali” ungkapnya.

Baginya, sukses adalah ketika UKM sekecil apapun merasa terbantu oleh Gadjian. “Sukses adalah ketika ada bisnis tradisional Indonesia, seperti warung nasi padang, menggunakan produk kami,” ungkap Afia. 

Pembelajaran berharga dari eFounders Fellowship 

Program eFounders Fellowship diketahui Afia dari sejumlah rekan yang pernah menjadi peserta. Menariknya, pada awalnya ia bahkan tidak yakin untuk menuruti rekomendasi mereka mengikuti program ini. “Tadinya saya bahkan tak yakin untuk bergabung karena dua minggu meninggalkan tim saya dan mengikuti program ini rasa-rasanya akan terasa lama sekali. Tapi, saya senang bahwa pada akhirnya ikut serta karena pembelajaran yang saya dapatkan sungguh berharga,” ucap Afia.

Salah satu pengalaman berkesan bagi Afia selama mengikuti eFounders Fellowship didapatkan ketika melakukan perjalanan keliling kota, termasuk saat mengunjungi Taobao Village. Kegiatan itu membuatnya menyadari betapa digitalisasi dapat berdampak bagi kehidupan rakyat kecil.

Setelah mengikuti rangkaian program, Afia semakin meyakini pentingnya pemahaman para entrepreneur digital terhadap tanggung jawab mereka sebagai pelaku industri yang berpengaruh kepada jutaan orang, mengingat ekonomi digital akan menjadi revolusi industri berikutnya di tanah air.

Afia juga tak lupa untuk mengimplementasikan pembelajaran yang didapatnya untuk memajukan Gadjian dan, yang lebih luas lagi, komunitas serta masyarakat Indonesia.“Saya akan terus mengingatkan tim saya tentang misi kami, yakni untuk memberdayakan UKM di Indonesia melalui people management yang lebih baik. Juga melanjutkan upaya untuk mengedukasi UKM mengenai bagaimana cara mengelola karyawan mereka dengan lebih baik,” tuturnya.

Pesan untuk entrepreneur Indonesia agar tak berhenti belajar

Ada faktor yang menurut Afia paling dibutuhkan oleh para entrepreneur di Indonesia, yakni ketekunan dan fokus jangka panjang. Keduanya penting untuk dimiliki, mengingat kewirausahaan bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan.

Sebagai seorang entrepreneur yang telah berkiprah selama beberapa tahun belakangan, ia menyampaikan suatu pesan untuk rekan-rekannya sesama pelaku dunia bisnis.

“Jangan pernah berhenti untuk belajar dan berinovasi. Bisnis bukan perkara menghasilkan uang semata, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memberi pengaruh yang kuat kepada orang lain,” pungkas Afia.

Langkah Gadjian di tengah pandemi

Seperti perusahaan lainnya, Gadjian menerapkan kebijakan work from home yang dimulai sejak pertengahan Maret lalu. “Kami bersyukur bahwa secara keseluruhan proses bisnis tidak terlalu terganggu dengan cara kerja baru ini,” ujar Afia. Saat ini, dampak pandemi juga ikut dirasakan Gadjian.

Tidak sedikit klien yang melakukan pengurangan karyawan atau gaji karyawan, sehingga tim perlu bekerja ekstra melakukan setting ulang sistem penggajian mereka. Di sisi lain, Gadjian justru mendapat beberapa klien baru dari sektor dan daerah yang sebelumnya tidak menjadi core target market. Hal tersebut tidak lepas dari situasi saat ini yang membuat para entrepreneur menyadari manfaat aplikasi SaaS yang ditawarkan Gadjian.

Agar tetap bisa memberikan value terbaik untuk client, Gadjian mencoba beberapa inisiatif baru. “Kami memperpanjang jam layanan via chat,” ujar Afia. Hal tersebut dilakukan agar client yang berlangganan aplikasi Gadjian bisa mendapatkan bantuan lebih selama masa pandemi. Gadjian juga memberikan akses gratis selama satu bulan untuk aplikasi Hadirr yang bisa membantu perusahaan dalam menerapkan kebijakan work from home.

Tidak hanya untuk client, aplikasi Hadirr juga digunakan oleh Gadjian sendiri. Walau dibebaskan untuk menginisiasi aktivitas tim, Afia berharap produktivitas selama bekerja dari rumah tetap terjaga. Selain itu, tidak melupakan kesehatan anggota tim, Afia meluncurkan platform employee benefits bernama Benefide, sebuah platform yang bisa digunakan UKM tradisional Indonesia untuk mengelola employee benefits baik. 

Melalui platform tersebut, anggota tim bisa mendapatkan paket pencegahan Covid-19 yang berisi hand sanitizer, masker kain, juga vitamin C. Bahkan, paket ini juga bisa dibeli oleh client melalui platform yang sama. “Harapannya agar para client juga bisa melindungi kesehatan karyawan mereka,” ujar Afia.

Bekal dari eFounders Fellowship untuk menghadapi pandemi

“Pandemi ini memukul Indonesia hanya dalam hitungan minggu sejak saya kembali dari Hangzhou untuk menghadiri program eFounders Fellowship,” ujar Afia. Pembelajaran yang didapatkan melalui program eFounders tentu masih melekat dalam ingatannya. Berulang kali,  eFounders mengingatkan bahwa visi dan misi perusahaan yang didukung oleh tim solid adalah kunci keberhasilan Alibaba. Hal tersebut pun menjadi pijakan Afia dalam menentukan langkah dan mengambil keputusan di masa pandemi.

“Menurut saya, masa ini menantang/memaksa para pelaku bisnis untuk menjawab beberapa pertanyaan:‘Apa sesungguhnya visi dan misi bisnis saya? Apakah saya sungguh-sungguh percaya akan visi misi tersebut untuk memperjuangkan bisnis ini? Apakah tim saya benar-benar percaya?’,” ujar Afia.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dinilai sangat penting untuk menentukan langkah business continuity plan selanjutnya, seperti cost-cutting, komunikasi dengan tim, dan lain sebagainya. Jika tidak didasari pertanyaan tersebut, besar kemungkinan keputusan yang dibuat hanya karena emosi sesaat atau saran orang lain yang sebenarnya tidak relevan.

There is opportunity in every crisis,” ujar Afia. Menurutnya, saya salah satu kesempatan yang muncul untuk Gadjian saat ini adalah membentuk karakter tim yang prima. Secara pribadi, saat ini juga menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa entrepreneur perempuan bisa tetap tangguh dalam menghadapi krisis. Menunjukkan sisi ‘feminim’ dengan berempati terhadap anggota tim, Afia ingin mematahkan stigma tentang perempuan pemimpin yang cenderung emosional dan lemah.

Afia Fitriati eFounder Fellowship Alibaba Gadjian startup