Peran Penting Digitalisasi Rantai Kebutuhan Pangan etanee di Masa Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19 yang terus berlangsung, permintaan terhadap produk-produk pangan segar melonjak tinggi. Namun, tak seperti biasanya, kini konsumen mulai beralih ke platform online untuk melakukan pemesanan dan pembelian produk pangan segar. etanee, platform digital khusus untuk rantai pasok pangan, berusaha mengandalkan teknologi digital untuk memenuhi permintaan konsumen mereka.
Bagaimana peran digitalisasi dalam memastikan efisiensi distribusi etanee? Apa saja tantangan yang mereka hadapi? Yuk simak di sini hasil obrolan Alibabanews dengan Herry Nugraha, Co-founder & COO etanee sekaligus alumni dari program pelatihan Alibaba Netpreneur Training Indonesia tahun 2019!
Pentingnya Digitalisasi Rantai Pasok Pangan di Indonesia
etanee merupakan startup agritech yang bercita-cita untuk merevolusi rantai pasok pangan menjadi lebih efisien. Di Indonesia, infrastruktur rantai dingin – seperti adanya kulkas atau chiller – masih menghadapi sejumlah kendala, misalnya tantangan dalam menjaga kualitas produk pertanian agar tetap segar ketika sampai di konsumen. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, juga kerap menjadi tantangan akibat besarnya investasi yang diperlukan untuk membangun gudang rantai dingin.
Berangkat dari sejumlah tantangan tersebut, etanee melakukan dua inovasi utama, yaitu 1) membangun ekosistem rantai-dingin berbasis sharing-economy, dan 2) mendigitalisasi seluruh rantai pasok pangan, mulai dari produsen, gudang logistik, rantai distribusi, sampai ke tangan konsumen.
Agar ekosistem rantai dingin bisa cepat terbentuk, etanee membuat gudang logistik dalam kapasitas kecil (2 ton) yang disebut “Stokis”. etanee kemudian mengandalkan pendekatan sharing economy untuk menghadirkan Stokis di berbagai daerah. Siapapun masyarakat yang memenuhi syarat teknis untuk mendirikan sebuah gudang Stokis, maka mereka bisa langsung bergabung. Kehadiran Stokis inilah yang menjadi gudang pusat distribusi, dimana konsumen dalam radius 10 km bisa mendapatkan produk segar yang disimpan di Stokis tersebut. Inilah cara etanee membangun ekosistem rantai dingin berbasis sharing economy.
Selain itu, etanee juga menggunakan teknologi digital untuk mendapatkan data terbaru jumlah pasokan dan permintaan dari konsumen. Big data yang dihasilkan mampu membantu konsumen untuk memesan produk pangan secara real time. etanee pun bisa mengatur distribusi agar stok tidak menumpuk di wilayah tertentu atau menumpuk di komoditas pangan tertentu. Teknologi digital mampu mengubah model rantai pasok yang sekuensial menjadi serentak, sehingga lebih cepat dan efisien.
Herry mengungkapkan, maha data dari proses digitalisasi dapat membantu pemerintah melakukan proyeksi produksi terkait komoditas pangan yang tinggi permintaannya. Dengan begitu, harapannya petani dan peternak akan memiliki data yang lebih lengkap untuk merencanakan tanam atau budidaya mereka. Sementara dari sisi konsumen, mereka juga memiliki akses terhadap ketersediaan produk yang stabil sepanjang tahun. “Itulah mimpi dari etanee,” ungkapnya.
Fokus Bantu Petani di Tengah Pandemi
Semenjak pandemi Covid-19 merebak, terjadi lonjakan permintaan yang sangat tinggi terhadap produk pangan segar seperti buah, sayur, beras, dan daging. Kenaikan permintaan mencapai 300% per bulan, mulai dari Februari – Mei 2020. Hal ini dikarenakan tersendatnya saluran distribusi offline akibat PSBB, sehingga masyarakat beralih ke platform online untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ditutupnya rantai distribusi di wilayah perkotaan karena PSBB mengakibatkan penurunan drastis dalam hal serapan terhadap petani dan peternak. Di saat itulah, etanee bergerak untuk menampung hasil produksi over-supply dari petani dan peternak, serta memasarkan produk pangan mereka melalui platform online. Startup ini juga gencar melakukan promosi bagi komoditas yang sedang panen-raya, sehingga konsumsi masyarakat meningkat dan harga untuk petani menjadi lebih baik.
“Kami beruntung karena konsumen tidak begitu sensitif terhadap harga. Mereka membeli produk di etanee dengan harga setara dengan di supermarket; sehingga petani buah dan sayur pun tetap bisa mendapatkan harga yang baik atas hasil produksi mereka,” kata Herry.
Banyak Mengambil Inspirasi dari Alibaba Netpreneur Training
Herry Nugraha telah menjabat sebagai Co-founder & Chief Operating Officer etanee sejak tahun 2017. Ia merupakan seorang pengusaha yang telah lebih dari 15 tahun berkecimpung di industri consumer goods. Sebagai pimpinan dari startup inovatif etanee, Herry juga terpilih menjadi salah satu pengusaha digital yang mewakili Indonesia dalam program pelatihan Alibaba Netpreneur Training tahun 2019, yang diselenggarakan di Hangzhou, kantor pusat Alibaba Group.
“Kesan saya setelah mengikuti Netpreneur Training, it was so inspiring and mind-blowing! Program itu mengubah cara pandang saya dalam melihat ekonomi digital, dimana saya kini percaya bahwa ekonomi digital adalah salah satu faktor penting yang bisa mengubah kehidupan bangsa, mulai dari level individu, pelaku UMKM, sampai neraca perdagangan negara,” ujar Herry.
Misalnya saja, Ia membangun model bisnis etanee agar selalu inklusif, merangkul siapa saja. Adanya model sharing economy dan agen di lapangan bisa memberikan sumbangsih untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan menciptakan tambahan penghasilan bagi kaum perempuan.
“Dalam membangun model baru di industri pangan Indonesia, kami selalu berpegangan pada prinsip ‘Think Big, Act Big’. Kompleksitas dunia pertanian dan sektor pangan hanya bisa diselesaikan jika kita berpikir holistik dan komprehensif. Solusi yang dibuat harus mengacu pada value-chain industri dimana semua pihak harus ikut terlibat dalam bisnis model yang baru; bukan dengan cara mengambil alih atau mematikan keberadaan stakeholder pangan yang sudah ada,” lanjut pria lulusan Institut Pertanian Bogor ini.
Saat ini, etanee telah hadir di delapan titik di Jabodetabek dan Bandung. Ke depannya, etanee akan berfokus untuk mempercepat proses ekspansi layanan ke lebih banyak kota. Selama satu tahun ke depan, etanee berencana untuk menambah 20 titik kota tier-1 di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah. Startup ini juga sudah membuka round pendanaan dan memperluas koneksi dengan Venture Capital dan investor, agar bisa memenuhi rencana pengembangan tersebut.
Bagikan
Link Telah Disalin