Penjelasan Magnus Ekbom, Lazada Group Chief Strategy Officer tentang Investasi Cross-border di Era Modern

Dalam sesi virtual Tech in Asia Conference 2020, Chief Strategy Officer dari Lazada Group, Magnus Ekbom diundang untuk membahas bagaimana perkembangan ekosstem teknologi dan tren investrasi cross-border di tengah pandemi dan di masa yang akan datang. 

Magnus-Ekbom-TIA-Conference

Ekosistem teknologi Tiongkok dan Asia Tenggara terus berkembang dan saling berkaitan satu sama lain. Tak jarang, tren yang bermula di Tiongkok merambah ke Asia Tenggara dan dimodifikasi sesuai kearifan lokal di masing-masing negara. 

Melihat tren yang semakin berkembang ini, Tech in Asia Conference 2020 edisi virtual mengundang Magnus Ekbom, Lazada Group Chief Strategy Officer dan Helen Wong, Qiming Ventures Partners, untuk membahas perkembangan ekosistem teknologi dan tren investasi cross-border di tengah pandemi, serta di masa yang akan datang. 

Berikut rangkuman poin menariknya;

Jangan Ekspansi ke Negara Lain sebelum Merasa Siap

Menurut Magnus Ekbom, seorang pebisnis sebaiknya tidak melakukan investasi cross-border jika belum merasa benar-benar siap. Beberapa model bisnis yang diterapkan oleh startup membutuhkan basis pasar dengan target demografi yang luas. Namun, ketika perusahaan memutuskan untuk mulai berekspansi ke pasar luar negeri, maka level kompleksitas bisnis pun akan semakin tinggi. 

“Satu hal yang pasti, Anda harus bisa mencapai kesuksesan di satu pasar, sebelum merambah ke negara lain. Itu adalah prinsip yang selalu saya pegang. Saran kedua adalah untuk tidak pernah berhenti belajar. Kita tidak bisa hanya mereplika kesuksesan kita sebelumnya di negara pertama, tapi kita harus membuka pikiran agar dapat memahami karakter dari negara baru yang hendak kita masuki,” ungkap Magnus. 

Kenali Potensi dan Iklim Pasar yang Dituju

Setelah menghabiskan satu dekade terakhir membesarkan Lazada Group, Magnus Ekbom masih memandang Asia Tenggara sebagai salah satu wilayah yang paling menarik, baik dalam hal keberagaman, sejarah, maupun potensi untuk investasi. 

Banyak perusahaan venture kapitalis yang tertarik melakukan investasi di suatu negara karena melihat besarnya basis konsumen negara tersebut. Namun, menurut Magnus, selain potensi, investor juga perlu melihat iklim kompetisi pada negara yang dituju. 

“Saya sudah bekerja dan hidup di Indonesia selama 7 tahun. Saya sangat senang dengan negara ini dan Indonesia memang betul-betul negara yang indah. Ketika dilihat dari kaca mata entrepreneur, iklim bisnis di Indonesia sangatlah kompetitif,” ungkap Magnus. 

“Filipina dan Thailand adalah dua negara yang masih sangat berpotensi untuk berkembang pesat. Malaysia punya daya beli konsumen yang lebih tinggi dan area perkotaan yang lebih maju. Sementara itu, Vietnam juga telah menjadi salah satu negara favorit dari segi pertumbuhan ekonomi dan daya beli konsumen,” tambahnya. 

Salah satu kesalahan investor adalah mereka terlalu terburu-buru melebarkan sayap ke sebanyak mungkin negara di Asia Tenggara. Padahal, hal terpenting bukanlah soal angka, tapi soal keberhasilan memasuki setiap negara yang memiliki keunikan masing-masing. Walaupun Indonesia adalah negara terbesar di wilayah ini, namun ada beberapa negara lain yang memiliki potensi yang tak kalah menarik. 

Kunci Kesuksesan Ekspansi Cross-border adalah Memahami Masyarakat Lokal

Menurut Magnus, untuk menyukseskan transaksi atau ekspansi ke negara lain, perusahaan harus memiliki strategi yang sangat lokal. Tidak cukup hanya membawa model bisnis yang sudah sukses di negara lain lalu menirunya di negara yang berbeda, perusahaan harus tahu apa yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat lokal dan bagaimana cara menyediakan solusi bagi mereka. 

“Seringkali kita hanya fokus untuk mewujudkan ide-ide besar ini dan itu, sampai-sampai kita lupa menyelesaikan masalah riil yang dihadapi oleh konsumen kita setiap hari. Perusahaan-perusahaan terhebat di dunia adalah mereka yang selalu fokus membantu konsumen, dan saya rasa prinsip itu akan selalu berlaku sampai bertahun-tahun yang akan datang,” kata Magnus.

Asia Tenggara Sedang Berada di Puncak Inovasi

Melihat kondisi yang ada sekarang, Magnus Ekbom mengakui bahwa negara-negara di Asia Tenggara sedang mengalami kelesuan ekonomi. Di Indonesia dan Filipina misalnya, dua negara ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus selama beberapa bulan terakhir. Namun, ia optimis bahwa kemunduran ini akan segera disusul dengan kebangkitan ekonomi begitu pandemi mereda.

“Dengan apa yang terjadi sekarang, hampir semua sektor bisnis di Asia Tenggara sedang mengalami disrupsi besar-besaran. Ini adalah puncak masa-masa inovasi mereka. Saya berharap para investor tidak hanya memperhatikan model bisnis tradisional, melainkan berani berinvestasi pada kemunculan ide, teknologi, serta inovasi baru yang dihadirkan para pebisnis lokal. Inilah yang sedang benar-benar dibutuhkan di Asia Tenggara,” tutup Magnus. 

Alibabanews adalah portal informasi resmi dari Alibaba Group yang menyediakan berita terbaru terkait ekosistem alibaba di Indonesia dan secara global. Dapatkan informasi terbaru langsung di e-mail Anda dengan berlangganan newsletter kami di laman utama

asia tenggara Lazada magnus ekbom sell to china Tech in asia conference