Taobao Village Mendorong Pertumbuhan yang Inklusif di Pedesaan Tiongkok
Dari semua wilayah di Tiongkok yang menunjukkan pertumbuhan pasar e-commerce yang pesat, wilayah yang potensinya sangat besar adalah wilayah pedesaan. Wilayah-wilayah yang menjadi domisili 40% populasi Tiongkok ini menghasikan RMB 1,37 triliun (USD195 miliar) transaksi penjualan e-commerce di tahun 2018, naik 30,4% year-over-year. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan rata-rata 24% di pasar Tiongkok secara keseluruhan. Taobao Village memiliki misi untuk mengoptimalkan potensi perkembangan ini.
Sesuatu yang unik terjadi baik di sisi konsumsi dan supply e-commerce di wilayah pedesaan Tiongkok. Ada siklus yang berjalan terus-menerus dimana e-commerce memberdayakan para warga desa untuk menjadi pewirausaha dengan menjual produk-produk hasil bumi dan kriya mereka secara online, dan hasil pendapatannya mendorong konsumsi berbasis e-commerce karena para warga desa mencari produk-produk yang mereka tidak bisa temukan di toko sekitar mereka.
Definisi Taobao Village
Dari sisi bisnis, e-commerce telah memungkinkan warga desa untuk menjual produk pertanian dan perkebunan, kriya, serta produk lainnya dengan membuka toko online di platform milik Alibaba: Taobao. AliResearch, unit riset milik Alibaba, mendefinisikan sebuah Taobao Village sebagai desa yang menghasilkan RMB10 juta atau lebih tiap tahunnya dari penjualan di e-ommerce dan memiliki 100 atau lebih toko online aktif di Taobao yang dioperasikan warga sekitar.
SAKSIKAN: Mendefinisikan Taobao Village, Menginspirasi Penerapan di Luar Negeri
Setelah 10 tahun, model Taobao Village telah mencapai skala yang cukup besar untuk memberi manfaat bagi sekitar setengah dari populasi Tiongkok yang tinggal di wilayah pedesaan. Per Agustus 2019, terdapat 4.310 Taobao Village di 25 provinsi, dimana 250 juta dari total 564 juta penduduk desa tinggal, menurut data AliResearch. Total penjualan dari Taobao Village – dan Taobao Town, yang merupakan model serupa dengan skala lebih besar – terdiri dari RMB700 miliar dalam 12 bulan yang berakhir Juni 2019. Jumlah toko online aktif yang dioperasikan warga naik 10x lipat menjadi 660.000 di tahun 2018, dari 70.000 di 2014, menurut AliResearch.
Di skala saat ini, Taobao Village telah memanfaatkan e-commerce untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di wilayah pedesaan di Tiongkok. Hasil langsung dari perkembangan model ini adalah peningkatan kondisi perekonomian dan terciptanya lapangan pekerjaan di wilayah-wilayah termiskin di Tiongkok. Studi terakhir oleh World Bank dan AliResearch menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di Taobao Village hampir 3x dari pendapatan rata-rata rumah tangga di pedesaan di Tiongkok, dan sama dengan pendapatan rumah tangga di perkotaan.
E-commerce di pedesaan juga mendorong konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi menurut laporan tersebut. Hal ini mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dan memberikan kesempatan kerja yang lebih baik kepada perempuan dan kaum muda. AliResearch memperkirakan bahwa Taobao Village menciptakan 6,8 juta pekerjaan dalam periode 12 bulan yang berakhir di Juni 2019 melalui value chain e-commerce. Di tahun 2019, 63 diantaranya yang berlokasi di wilayah paling miskin di Tiongkok menghasilkan penjualan e-commerce senilai RMB2 miliar, menurut riset AliResearch.
Selain dari sisi kesejahteraan ekonomi, model ini juga telah membantu para orang tua dan pekerja dari kaum muda untuk tetap bekerja di desanya, tidak harus pergi bekerja ke pabrik atau di kota-kota besar yang jauh dari desa. Ini membantu menjaga keutuhan keluarga dan konektivitas antar komunitas. Toko-toko online Taobao juga mempekerjakan banyak perempuan sekitar yang memiliki keterbatasan kesempatan kerja: sekitar sepertiga pemilik toko online dan hampir setengah pegawainya adalah perempuan penduduk Taobao Village, demikian menurut laporan World Bank.
Model ini telah menarik perhatian para pengusaha di negara-negara berkembang yang ingin mengadaptasi model ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara mereka masing-masing. Taobao Village Summit, acara tahunan dimana para pewirausaha di pedesaan dan cendikia di Tiongkok berbagi pengalamannya untuk bisnis e-commerce di pedesaan, melihat semakin banyaknya peserta dari negara-negara di dunia, mulai dari Rwanda, Meksiko dan Malaysia.
“Kisah para pewirausaha di Tiongkok sangat mirip dengan Rwanda,” ujar Patrick Molenbeek, seorang pewirausaha dan mantan diplomat asal Rwanda di Taobao Village Summit. “Kami punya pekerja imigran, pekerja bangunan. Dan jika mereka diberikan eksposur pada e-commerce, mereka bisa menyesuaikan dan mengembangkannya dengan cepat seperti para warga pedesaan di Tiongkok.”
Masa Depan Taobao Village
Dengan perkembangan infrastruktur internet di seluruh Tiongkok, menjual produk melalui livestreaming di kanal-kanal e-commerce akan menjadi saluran utama bagi para penjual di wilayah pedesaan. Seiring dengan makin tingginya permintaan konsumen Tiongkok akan transparansi asal-muasal makanan dan menikmati nikmatnya menyantap produk segar dari penduduk lokal atau produk hasil kerajinan penduduk lokal, livestreaming menjadi cara instan dan interaktif untuk mengajak para penduduk desa berinteraksi serta terhubung dengan konsumennya.
Saat para pewirausaha di pedesaan berinteraksi dengan konsumennya melalui e-commerce, mereka akan mendapat masukan berharga dari konsumen yang dapat dimanfaatkan untuk inovasi produk. Sebagai contoh, Desa Chaoyang Nanshi di Propinsi Henan adalah desa yang kaya warisan budaya dengan produk keramik tiga warna khas dinasti Tang. Para produsen keramik setempat mulai membuat pernak-pernik spion mobil setelah mengetahui lewat Taobao bahwa konsumen mencari produk itu. Di masa depan, lebih banyak lagi toko Taobao Village yang akan bisa menawarkan produk-produk bervariasi, lebih dari kriya tradisional, yang mengikuti cepatnya perubahan permintaan konsumen di Tiongkok
Bagikan
Link Telah Disalin