New Retail: Masa Depan Retail Berawal di Tiongkok


Retail Amerika Serikat tengah berada di titik kritis.

Meskipun mengalami peningkatan sebesar 4,2% di tahun 2017, perkembangan retail di Amerika Serikat tidak berjalan mulus ataupun merata: banyak perusahaan yang harus tutup atau merampingkan diri. Di sisi lain, penjualan online terus meningkat. Dilema mengembangkan bisnis secara online dan offline pun kerap melanda bran dan retailer. Di sinilah, konsep new retail hadir menjembatani dua kebutuhan tersebut.

Model New Retail Sebagai Perintis Terdepan

Di Tiongkok, pasar tidak mengalami dilema yang sama. Alih-alih menimbang-nimbang antara dua pilihan di atas, Tiongkok membentuk konsep usaha baru yang mereka sebut model New Retail. Pilihan tersebut menggabungkan hal-hal terbaik dari toko fisik dan pengalaman online.

Perintis model tersebut adalah Alibaba, platform e-commerce terbesar di Tiongkok dan memiliki lebih dari setengah miliar konsumen. Tiongkok memiliki angka penetrasi perdagangan online tertinggi di dunia, tapi retail offline dalam bentuk fisik masih berperan dalam memberikan lebih dari 80% total penjualan retail.

Pendiri Alibaba, Jack Ma, menyadari bahwa masa depan retail tidak terletak pada pertanyaan seperti online atau offline. Oleh karena itu, ia menyajikan konsep model New Retail tiga tahun lalu. Meskipun masih cukup baru, model tersebut sudah mengubah wajah dari berbagai retail di Tiongkok.

New Retail bukanlah hanya sekedar toko swalayan dan toko serba ada. Ini menyangkut hal yang lebih besar dengan dampak menyeluruh,” tulis Jeffrey Towson, seorang investor ekuitas dan profesor Universitas Peking yang mengikuti perkembangan retail di Tiongkok. “Model New Retail merupakan ekstensi yang berani dari strategi Alibaba. Model itu memasukkan kompetisi digital ke dalam dunia nyata dan bergantung pada partisipasi ekonomi yang tidak lazim… New Retail berarti ekspansi masif pada brand dan pada partisipasi serta aktivitas konsumen.”

Mengubah Kekacauan Toko Swalayan Menjadi Freshippo

Ada banyak kesulitan ketika kita berbelanja di supermarket: mendorong kereta belanjaan, mencari barang di rak-rak, barang yang diinginkan habis, mengantre saat membayar, dan lain-lain.

Para pengunjung supermarket Freshippo (dikenal juga sebagai Hema) sama sekali tidak akan merasakan kesulitan di atas. Alibaba menciptakan Freshippo untuk mengembangkan inovasi New Retail agar nantinya dapat diterapkan pada industri lain. Untuk sekilas, Freshippo mungkin terlihat seperti toko swalayan lainnya: Mereka menjual kebutuhan sehari-hari, buah dan sayuran, serta makanan laut segar. Tapi, Freshippo sama sekali berbeda dari toko pada umumnya.

“Saya masuk ke Freshippo tanpa mengetahui apa yang harus saya harapkan–ekstravaganza digital ataupun proses berbelanja yang dimudahkan. Ternyata hasilnya adalah sesuatu di antara dua hal itu. Saya melihat QR code sebagai standar baru yang mengagumkan,” kata Steve Stine dari website Inside Asia. “Pengalaman saya di sana begitu cepat, efisien, dan tanpa sedikitpun kesulitan.”

Berbelanja di Freshippo merupakan perjalanan berbasis smartphone–Anda dapat melakukannya dari rumah atau ketika mengunjungi toko. Di dalam toko, Anda dapat memindai barcode dengan smartphone untuk mendapatkan informasi produk. Pembayaran juga dilakukan secara digital dengan menggunakan platform Alipay yang terhubung dengan aplikasi Freshippo.

Bagi mereka yang tinggal dalam radius tiga kilometer dari lokasi toko, Freshippo mampu mengirimkan belanjaan dalam waktu 30 menit. Setiap toko berperan sebagai gudang dan juga pusat logistik yang mengumpulkan, memenuhi, dan mengirimkan pesanan pelanggan secepat mungkin, baik itu secara online atau offline.

Menghilangkan Repotnya Mencari Mobil Baru

Bila Anda pernah merasakan lelahnya proses membeli mobil baru, Anda akan mengapresiasi apa yang dilakukan model New Retail di Tiongkok.

Alih-alih mengunjungi dealer satu demi satu dan menghabiskan berjam-jam berkeliling parkiran serta menghadapi tekanan dari penjual, Alibaba mengeluarkan mesin penjual otomatis untuk otomotif. Alibaba bekerjasama dengan Ford baru-baru ini meluncurkan mesin penjual otomatis di kota Guangzhou. Mesin penjualan otomatis ini juga akan tersedia lebih banyak lagi.

Dengan mesin penjual otomatis Ford ini, pelanggan dapat melihat berbagai model mobil melalui aplikasi, memilih mobil yang ingin mereka coba, dan mengambilnya dari mesin penjual otomatis. Pelanggan dapat mencoba mobil yang mereka ambil selama tiga hari. Setelah melakukan test drive tanpa tekanan apapun dari dealer, pelanggan dapat membuat janji untuk mengunjungi dealer ketika sudah siap untuk membeli.

“Kemajuan teknologi yang didukung oleh platform Alibaba… memberikan brand pilihan baru untuk memikirkan lagi pendekatan operasional mereka dan cara berinteraksi dengan pelanggan,” kata Jason Ding dari Bain & Co. di Beijing yang bekerjasama dengan AliResearch dalam membangun laporan model New Retail.

Memudahkan Toko-Toko Lokal

Toko-toko kecil milik keluarga adalah sektor yang amat membutuhkan perubahan melalui model New Retail. Sebagai bagian penting dari banyak komunitas, terdapat sekitar enam juta toko kecil yang mewarnai perumahan dan jalan-jalan di seluruh Tiongkok. Sebagian besar dari mereka dijalankan oleh keluarga.

Biasanya, para penjual tersebut memesan stok barang karena hanya ketika kehabisan atau ketika mendapat firasat dadakan. Setidaknya, begitulah keadaannya sebelum program Ling Shou Tong dari Alibaba dijalankan. Setelah menjalankan usaha secara tradisional dan tanpa perubahan selama beberapa dekade, toko-toko keluarga ini akhirnya mendapat pembaruan.

Pembaruan ini bukan hanya dari pergantian papan nama, melainkan operasional yang lebih modern. Alibaba menciptakan aplikasi spesial untuk membantu manajemen inventaris secara digital dari setiap toko. Berkat hal itu, pemilik toko dapat tahu apa, kapan, dan seberapa banyak stok produk yang harus mereka pesan. Aplikasi itu juga mengintegrasi bisnis kecil mereka dengan sistem logistik dan gudang yang terpusat.

Insight yang diberikan dari platform Ling Shou Tong juga membuat brand menjadi semakin pintar. Lihat saja Mondolez, sebuah perusahaan camilan yang produknya sangat familiar dengan Anda. Berkat masukan Ling Shou Tong, Mondolez mampu memuaskan para penggemar makanan manis dengan menaruh mesin yang menyajikan sebutir kue Oreo secara strategis di dekat loket pembayaran.

Ancaman Mal Yang Sepi Pengunjung? Model New Retail Punya Solusinya

Bagaimana dengan mal atau pusat perbelanjaan? Ketika mal kehilangan pengunjungnya di Amerika Serikat, Alibaba sudah mulai mengubah berbagai pusat perbelanjaan di Tiongkok dengan model New Retail. Cara memikat hati pelanggan adalah dengan memberikan apa yang mereka inginkan, dalam ukuran dan warna yang mereka inginkan, ketika mereka menginginkannya. Realita dari pengalaman berbelanja di mal tidak selalu manis; seperti menemukan baju yang Anda inginkan, namun ukuran ataupun warna yang Anda inginkan tidak ada.

Mal dengan model New Retail memperkecil kemungkinan seorang pengunjung pulang dengan tangan kosong. Toko-toko dilengkapi dengan “rak virtual”. Bila Anda tidak menemukan ukuran atau warna yang Anda inginkan, Anda dapat memilih spesifikasi yang Anda inginkan di layar, memindainya dengan aplikasi, dan barang yang Anda inginkan akan dikirimkan langsung ke rumah.

Kamar mandi di mal juga menjadi bagian dari pengalaman model New Retail. Di dalam kamar mandi wanita, tersedia “cermin ajaib” dimana pengunjung dapat bereksperimen secara virtual dengan beragam warna makeup. Bila pengunjung menemukan warna makeup yang mereka sukai, mereka dapat membelinya langsung di mesin penjual otomatis.

Lebih Banyak Perkembangan Model New Retail yang Akan Datang

Restoran, seperti Wu Fang Zhai yang hampir berumur seabad, adalah kandidat integrasi model New Retail. Dengan bantuan Koubei, perusahaan jasa Alibaba, restoran dapat menjalani proses modernisasi. Sekarang, pelanggan dapat memesan langsung dari meja mereka melalui QR code yang dapat dipindai dan mengambil makanan mereka sendiri dari “loker” makanan di sebelah dapur. Operasional menjadi semakin efisien dan siomay yang mereka sajikan juga sama lezatnya.

Bahkan di kalangan brand, model New Retail dapat membawa perubahan dramatis dan inovasi baru di Tiongkok. Tanya saja Mars yang menggunakan teknologi Alibaba untuk mendapatkan informasi baru akan perilaku pelanggan. Mereka berhasil menciptakan cemilan Snickers dengan rasa pedas yang laku di pasar Tiongkok. Selain itu ada juga Welden, pembuat tas tangan kecil yang mendadak sukses berkat pemasaran lewat live streaming.

Mengapa Perubahan Terjadi Lebih Pesat di Sektor Retail Tiongkok

Untuk memahami mengapa sektor retail Tiongkok berkembang lebih pesat dari negeri lain, kita perlu memahami peran Alibaba sebagai operator pasar. Selama 19 tahun, Alibaba telah membangun tulang punggung dari e-commerce Tiongkok. Singkat kata, mereka membuat lingkungan di mana brands dapat memasukinya dengan mudah dan juga melakukan penemuan untuk proses pembayaran yang lancar.

Sebagai operator pasar, Alibaba menawarkan jasa yang lengkap kepada brand. Mulai dari alat pemasaran dan pengiklanan, sistem pembayaran, logistik dan komputasi cloud, hingga properti media dan hiburan. Melalui platform B2C Alibaba, Tmall, brand dapat membangun toko yang terlihat serupa dengan toko online mereka sendiri. Karena brand juga bertanggung jawab atas hubungan dan pengalaman pelanggan mereka, mereka juga memiliki semua analisis perilaku pelanggan yang terkait.

Semua hal di atas bertujuan untuk membantu kesuksesan brand. Tidak ada persaingan dengan Alibaba. Keadaan di Amerika Serikat sepenuhnya berbeda. Di sana, retailer online saling berseteru dengan brand untuk memasarkan platform masing-masing.

Bagi Alibaba, kesuksesan saat ini berarti membantu brand untuk menggunakan berbagai jalur. Dan, jumlah brand yang melakukan hal tersebut terus meningkat. Mereka menggunakan model New Retail dari Alibaba dan menghapuskan garis yang memisahkan pengalaman berbelanja online dengan offline.

Kunci dari model New Retail adalah telepon seluler yang menyediakan hubungan penting antara penjualan online dan offline bagi konsumen. Brand di Tiongkok memiliki keunggulan karena mereka tidak perlu meyakinkan para konsumen untuk mengatur unduh dan menggunakan aplikasi mereka. Itu karena mereka tahu bahwa ada 500 juta konsumen yang sudah memiliki aplikasi Tmall.

Sektor retail di Tiongkok juga tidak perlu dibingungkan dalam memilih antara mempertahankan bisnis yang sudah lama ada atau mencoba hal baru. Operasi retail fisik mereka tidak semaju dunia Barat.

“Tiongkok bergerak lebih cepat dari dunia Barat dalam evolusi ini. Hal itu dikarenakan retail model Barat dibangun di atas peninggalan lama. Dalam hal ini, model Tiongkok dapat mengganggu,” kata Frank Lavin, CEO dari ExportNow, perusahaan yang membantu brand Barat untuk berjualan di Tiongkok. “Tiongkok tidak terikat peninggalan mall dan toko-toko besar seperti di Barat. Tiongkok tidak memiliki retail model tradisional yang dapat dipertahankan.”

Melihat bahwa kunci utama untuk menjalankan model New Retail adalah penggunaan telepon seluler, maka menemukan model retail ini di Indonesia dalam waktu dekat bukanlah hal yang tidak mungkin. Pasalnya, per Januari 2019 ini berdasarkan data statistik dari We are Social dan Hootsuite, 76% dari para pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone untuk berbelanja. Familiarnya mayoritas para pengguna internet di Indonesia yang berbelanja menggunakan smartphone memunculkan kemungkinan bahwa masyarakat akan bisa beradaptasi dengan lancar pada teknologi dari model New Retail.

alibaba group freshippo masa depan retail new retail tmall