Ini 16 Pendiri Startup asal Indonesia yang Lulus Program eFounders Fellowship Alibaba- UNCTAD

Program tahunan eFounders Fellowship yang merupakan program hasil kerja sama The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan Alibaba Business School kembali diadakan tahun ini. Pada eFounders Fellowship ke-6, terdapat 48 pendiri startup dari 6 negara di Asia Tenggara – termasuk 16 pendiri dari Indonesia – yang terpilih menjadi pesertanya. Mereka mengikuti program intensif pada tanggal 2-12 Juni 2019 di kantor pusat Alibaba Group di Hangzhou, Tiongkok untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman langsung seputar e-commerce serta inovasi-inovasi dari Tiongkok dan berbagai negara dunia.

Mengenal Program eFounder Fellowship

Program yang dibentuk dalam kerangka Agenda 2030 untuk Pembangunan yang Berkelanjutan ini bertujuan untuk memastikan tidak ada negara yang tertinggal di era ekonomi digital dengan cara menjembatani kesenjangan digital yang dihadapi berbagai perusahaan di negara berkembang. Program ini juga menjadi salah satu bentuk komitmen Jack Ma, Executive Chairman dan pendiri Alibaba Group serta penasihat khusus untuk UNCTAD, untuk membina 1.000 pengusaha dari berbagai negara berkembang agar memanfaatkan ekonomi digital untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang inklusif. Program eFounders Fellowship merefleksikan misi Alibaba untuk mengembangkan pengusaha kecil dan menengah agar dapat bersaing di kancah internasional.

Penyelenggaraan eFounders Fellowship sejak 2018 dan kelulusan angkatan ke-6 ini merupakan langkah penting untuk memenuhi komitmen tersebut. “eFounders Fellowship bertujuan untuk menginspirasi pengusaha muda dari negara-negara berkembang untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan di negara mereka masing-masing. Kami juga berharap mereka bisa menyebarkan dampak positif ekosistem digital kepada usaha kecil dan menengah (UKM), pengusaha, dan kelompok-kelompok yang sering terpinggirkan dari kegiatan ekonomi,” kata Brian Wong, Wakil Presiden Alibaba Group, yang mengepalai program Global Initiatives Alibaba.

Para eFounders fellows – sebutan mereka yang telah lulus program – dari angkatan ke-6 ini berasal dari lima industri yang berbeda, yaitu e-commerce, fintech, pariwisata, logistik, dan big data. Secara akumulatif, para eFounders fellows angkatan ke-6 ini telah menciptakan lebih dari 2.700 lapangan kerja, menghasilkan pendapatan total Rp5,6 triliun (USD400 juta), dan melayani lebih dari tujuh juta brand bisnis dan konsumen di berbagai negara.

Lulusan Terbanyak dari Indonesia

Indonesia menjadi negara dengan jumlah perwakilan tertinggi di angkatan ke-6 dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Perwakilan Indonesia mayoritas berasal dari industri e-commerce: Aditya Minarto ([Ralali.com](https://www.ralali.com/)), Casper Sermsuksan ([Kulina.id](https://www.kulina.id/)), Chrisanti Indiana ([Sociolla.com](https://www.sociolla.com/)), Frans Yuwono ([Asiacommerce.id](https://www.asiacommerce.id/)), Rico Satria Chandra ([Plazakamera.com](https://www.plazakamera.com/)), Jeff Budiman ([20Fit/The Fit Company](https://www.20fit.co.id/)), Johannes Ardianto ([Lemonilo](https://www.lemonilo.com/about)). Ada tiga founders dari industri fintech: Ananto Wibisono ([Alterra](https://www.alterra.id/)), Suwandi Soh ([Mekari](https://mekari.com/)), Vikra Ijas ([Kitabisa.com](https://www.kitabisa.com/)); satu dari logistik: Andree Susanto ([Waresix](https://waresix.com/)); empat dari industri big data: Archie Carlson ([Stickearn](https://stickearn.com/)), Benz Budiman ([Pomona](https://web.pomona.id/)), Irzan Raditya ([Kata.ai](https://kata.ai/)), Winzendy Tedja ([Yuna & Co](http://www.helloyuna.io/)); dan satu peserta dari industri pariwisata: Ali Sadikin ([Marlin Booking](https://marlinbooking.co.id/)).

Mereka dan para peserta dari negara lainnya mengikuti pelatihan 12 hari menggunakan ekosistem Alibaba sebagai model studi untuk mendapatkan wawasan tentang faktor-faktor kesuksesan dan tantangan utama dari kisah pertumbuhan Alibaba Group. Adanya sesi kuliah dan kunjungan lapangan memberi mereka pemahaman yang lebih dalam tentang ekosistem ekonomi digital di Tiongkok dan bagaimana mereka dapat menerapkan ide-ide ini ke dalam bisnis mereka sendiri, sehingga memungkinkan dampak yang lebih besar di negara asal mereka. Dengan mensinergikan rencana bisnis mereka terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG), para pengusaha juga bisa mengembangkan rasa tanggung jawab sosial.

Menurut Brian Wong, setelah lulus, program ini dilanjutkan dengan komitmen selama dua tahun bagi para eFounders fellows untuk menerapkan pembelajaran ini dengan menciptakan dampak positif bagi komunitas mereka. Pada saat yang sama, mereka juga menjadi bagian dari komunitas global yang saling mendukung, menguatkan dan menjajaki berbagai kolaborasi regional dan global.

Program ini adalah bagian dari upaya kami agar proses digitalisasi bisa mendukung pembangunan negara. Setelah menyelesaikan program ini, para peserta akan menciptakan lingkungan e-commerce yang inklusif. Di tingkat nasional, mereka bisa berperan sebagai inisiator yang memasukkan poin-poin SDG dalam rencana bisnis mereka, dan menyebarkan ilmu-ilmu yang mereka pelajari sebagai eFounders Fellows,” kata Arlette Verploegh, Koordinator Program eFounders Fellowship di UNCTAD.

Yu Zhang, Partner Alibaba Group dan Wakil Dekan Alibaba Business School bersama para peserta eFounders termasuk dya two Indonesian startup founders: Christiani Indiana of Sociolla (white blouse) dan Frans Yuwono of Asia Commerce

Chrisanti Indiana, salah satu pendiri dan Chief Marketing Officer Sociolla, sangat terinspirasi dengan kesempatan belajar dan melihat langsung betapa hasil digitalisasi dalam skala besar dapat mengubah kehidupan jutaan orang. “Alibaba dan ekosistemnya adalah bukti bahwa teknologi digital dapat dan harus mempromosikan inklusivitas. Satu pembelajaran penting yang saya peroleh dari program ini adalah para pengusaha memiliki tanggung jawab sosial untuk membangun dan mengembangkan komunitas, tidak hanya bisnisnya.  Hal ini bisa dilakukan dengan membangun ekosistem yang bermanfaat bagi seluruh jaringan dan para pemangku kepentingan ekosistem tersebut,” katanya.

Hal senada diungkapkan Vikra Ijas, salah satu pendiri situs crowdfunding sosial Kitabisa.com, memberikan apresiasi atas kesempatannya bergabung dalam program ini. “Saya belajar bahwa pelaku bisnis seperti Alibaba tidak hanya bertanggung jawab untuk menghasilkan inovasi, tetapi juga memiliki peran besar dalam mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif kepada masyarakat luas. Transformasi digital yang didorong oleh perusahaan-perusahaan inovatif seperti Alibaba harus memberi manfaat bagi publik dari berbagai latar belakang, mulai dari UKM, kelompok berpenghasilan rendah, hingga orang-orang yang termarjinalisasi,” katanya.

Perusahaan Indonesia yang Terpilih

Berikut profil ke-16 pengusaha asal Indonesia yang terpilih dalam eFounders Fellowship Ke-6:

E-Commerce

  • Aditya Minarto dari com. Ralali adalah platform B2B di Indonesia yang mendukung transaksi bagi perusahaan UMKM dan bertujuan untuk memudahkan pebisnis UMKM dalam memulai usaha atau memenuhi kebutuhan usaha mereka.
  • Casper Sermsuksan dari id. Kulina adalah marketplace dan solusi end-to-end untuk pemesanan layanan katering di Indonesia.
  • Chrisanti Indiana dari com. Sociolla didirikan tahun 2014 dengan misi mengakselerasi perkembangan dan pertumbuhan industri kecantikan dan keperluan pribadi melalui ekosistem berbasis konsumen.
  • Frans Yuwono dari id. Asia Commerce Network adalah perusahaan pengelolaan rantai pasok berbasis teknologi yang menghadirkan sourcing dan solusi-solusi lintas batas yang membantu pemilik brand dan bisnis meningkatkan pengelolaan pembelian dan logistik lintas batas.
  • Rico Satria Chandra dari com. PlazaKamera.com mengawali usaha dengan memamerkan perangkat foto dan video. Di tahun 2018, perusahaan ini tumbuh menjadi situs e-commerce no.1 untuk perangkat foto dan video. Di tahun 2019, mereka memulai program PlazaKamera Network untuk menghubungkan semua keperluan penyimpanan kamera dalam satu platform.
  • Jeff Budiman dari 20Fit.co.id/The FIT Company. The FIT Company adalah perusahaan rintisan teknologi pertama di industri kebugaran yang menumbuhkan ekosistem kesehatan dan kebugaran di Indonesia. Perusahaan ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem berbasis teknologi yang fokus pada layanan dan produk kebugaran. Saat ini, The FIT Company memiliki enam unit usaha, yaitu 20FIT (micro gym), FITSTOP (boutique gym), FIT lokal (restoran makanan cepat saji yang sehat), FITmee (mi instan rendah kalori), Slim Gourmet (katering kesehatan premium) dan Kredo Aum (distributor teknologi kebugaran).
  • Johannes Ardianto dari Lemonilo. Lemonilo adalah ekosistem gaya hidup sehat yang menghadirkan berbagai produk alami yang terjangkau dan praktis, bebas dari 100+ bahan sintetis berbahaya dan bermitra dengan UMUM dari berbagai wilayah di Indonesia. Misi Lemonilo adalah mendemokratisasikan akses pada produk kesehatan yang nantinya akan menciptakan Indonesia yang lebih sehat dan bahagia.

Fintech dan Financing

  • Ananto Wibisono dari Alterra. Bisnis usaha Alterra adalah aggregator pembayaran tagihan dimana Alterra mengagregasi koneksi ke semua penagih utilitas (telekomunikasi, listrik, air, dll) dan bekerja sama dengan e-commerce (contoh: Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Shopee, Alipay, dll) untuk memungkinkan end user membayar tagihan secara online.
  • Suwandi Soh dariMekari (glazziq.com). Mekari adalah perusahaan teknologi yang menawarkan solusi Saas bagi UKM di Indonesia yaitu solusi SDM dan payroll untuk usaha kecil: Sleeker.co, usaha menengah: talenta.co, akunting: Jurnal.id dan pajak: Klikpajak.id.
  • Vikra Iljas dari Kitabisa. Kitabisa adalah platform penggalangan dana dan dukungan bagi aksi sosial dan kesehatan yang terkemuka di Indonesia.

Logistik

  • Andree Susanto dari Waresix. Waresix adalah marketplace logistic digital bagi layanan truk dan pergudangan. Platform terkurasi ini biasa dimanfaatkan para shipper untuk mencari perbandingan biaya truk dan ruang gudang yang tidak terpakai, sementara penyedia layanan logistiknya menggunakan platform untuk memonetisasi kapasitas yang tidak terpakai.

Big Data

  • Archie Carlson dari Stickearn. StickEarn adalah startup teknologi untuk iklan Out Of Home) (OOH) digital di Indonesia yang merevolusi lansekap periklanan OOH dan menghadirkan dampak signifikan bagi masyarakat.
  • Benz Budiman dari Pomona. Pomona menghadirkan platform bagi brand Consumer Packaged Goods untuk menghadirkan cashback instan bagi konsumen untuk pembelian keperluan rumah tangga secara offline. Konsumen bisa mendapatkan cashback dengan memfoto tanda terima pembelanjaan.
  • Irzan Raditya dari ai. Kata.ai adalah perusahaan Conversational AI yang fokus pada peningkatan pemahaman percakapan manusia dan meningkatkan cara manusia berkolaborasi dengan mesin. Teknologi Natural Language Processing (NLP) milik Kata.id ada di balik chatbot cerdas untuk berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia dari berbagai latar belakang industri seperti Unilever (FMCG), Bank BRI (layanan Keuangan), Telkomsel (telekomunikasi), Alfamart (Retail) dan banyak lainnya.
  • Winzendy Tedja dari Yuna & Co(helloyuna.io). Yuna & Co adalah platform pencocokan selera fashion pribadi yang menghadirkan SaaS (Styling as a Service) yang disesuaikan dengan berbagai ukuran dan ketertarikan pribadi.

Pariwisata

  • Ali Sadikin dari Marlin Booking. Marlin Booking adalah perusahaan teknologi yang fokus pada digitalisasi operator pelabuhan dan kapal. Layanannya adalah sistem e-ticketing dan aplikasi mobile untuk pemesanan tiket kapal.
Alibaba alibaba business school efounders fellowship startup