Cerita Di Balik Layar Kecanggihan Teknologi Siaran selama Olimpiade Tokyo 2020

Cerita Di Balik Layar Kecanggihan Teknologi Siaran selama Olimpiade Tokyo 2020

Seorang atlet berinteraksi dengan pendukungnya secara virtual saat Olimpiade Tokyo 2020. Foto: ©2021-IOC-All rights reserved Tokyo 2020

Walaupun pandemi terus berlangsung, namun perhelatan Olimpiade 2020 harus tetap berjalan. Kali ini, kita akan berdiskusi langsung dengan Sotiris Salamouris, tokoh yang berperan di balik layar dan menyukseskan siaran Olimpiade 2020.

Sotiris Salamouris adalah seorang Chief Technology Officer (CTO) dari Olympic Broadcasting Services (OBS), sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk menyiarkan keseruan pertandingan Olimpiade ke miliaran penonton yang tersebar di di seluruh dunia.

Salamouris mengepalai tim yang berisikan teknisi dan para operator siaran, dimana tim ini bertanggung jawab untuk merancang dan membangun platform agar bisa menampilkan keseluruhan acara Olimpiade Tokyo 2020, yang durasinya mencapai 9.500 jam. Menurutnya, salah satu faktor penting dari kesuksesan acara olahraga ini adalah pengadopsian layanan cloud yang semakin masif.

Alibaba Cloud, lini bisnis komputasi awan (cloud computing) dari Alibaba Group, menjadi mitra OBS untuk mempersiapkan teknis di balik layar penyiaran Olimpiade Tokyo 2020.

“Kami selalu berupaya melakukan yang terbaik untuk bisa menyiarkan semua kejadian dalam gelanggang olahraga. Untuk itu, kami pun terus mencari teknologi yang paling efektif,” ujar Salamouris dalam wawancara dengan International Broadcast Centre (IBC), media pusat untuk penayangan Tokyo 2020.

Lebih lanjut, ia juga menceritakan tentang caranya menghadapi tantangan, misalnya penundaan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 sejak Maret tahun lalu. Dari penundaan tersebut, terdapat teknologi-teknologi baru yang lulus uji-coba dan akhirnya digunakan untuk mendukung perhelatan tahun ini. Teknologi inilah yang juga akan dipakai untuk Olimpiade Beijing 2022.

Selain penyiaran Olimpiade, Salamouris juga bertanggung jawab untuk merancang rencana teknis OBS dalam jangka menengah dan panjang, terutama dalam hal pengaplikasikan teknologi baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Berikut adalah kutipan dari wawancara bersama Salamouris (beberapa bagian telah disunting untuk memperjelas konteks dan mempersingkat jawaban):

Q: Apa kemajuan terbesar dari sisi teknis dalam Olimpiade Tokyo 2020, dibandingkan Rio 2016?

Penggunaan layanan cloud adalah salah satu perbedaan paling signifikan. Pandemi  memaksa perusahaan-perusahaan media dan penyiaran untuk merevaluasi lagi strategi produksi mereka, karena terbatasnya akses untuk mengakses gelanggang olahraga secara langsung.

OBS sendiri memproduksi konten-konten Olimpiade Tokyo 2020 dengan durasi kurang lebih 9.500 jam dalam waktu 2 minggu. Angka ini jauh melampaui total kapasitas produksi dari rata-rata media TV nasional dalam setahun.

Pemegang Hak Siar atau Rights Holding Broadcasters dapat mengakses konten ini dari lokasi manapun di seluruh dunia. Jika diperlukan, mereka juga dapat mengirimkannya langsung ke tim editing. Inilah kecanggihan dari cloud, kita bisa mengaksesnya darimana saja.

Kami telah menerima umpan balik yang positif, dimana platform kami bekerja dengan baik dan bisa memenuhi kebutuhan para lembaga penyiaran.

Sotiris Salamouris melihat teknologi cloud sebagai pembawa revolusi di dunia penyiaran. Foto: ©2021-IOC-All rights reserved Tokyo 2020

Sotiris Salamouris melihat teknologi cloud sebagai pembawa revolusi di dunia penyiaran. Foto: ©2021-IOC-All rights reserved Tokyo 2020

Q: Boleh diceritakan apa yang terjadi di balik layar? Apa saja persiapan teknis yang dilakukan untuk Olimpiade?

Olimpiade 2020 adalah proyek yang sangat besar. OBS memiliki lebih dari 8.000 orang bertugas untuk meliput semua pertandingan Olimpiade, mulai dari membuat video, audio, sampai mengumpulkan data.

Persiapan kami untuk Olimpiade bahkan sudah dimulai beberapa tahun sebelum acara. Semakin mendekati hari-H, persiapan kami semakin intensif. Setahun sebelum hari-H, kami mulai membangun Pusat Siaran Internasional (International Broadcast Centre). Dengan luas sebesar 45.000 meter persegi, pusat siaran ini menjadi titik persiapan tidak hanya untuk kru OBS, tapi juga untuk semua personel dari para Pemegang Hak Siar.

Seiring berjalannya waktu, jumlah kru yang terlibat ikut meningkat, terutama karena kami mulai menginstalasi sistem teknis di IBC dan venue Olimpiade. Ada banyak sekali persiapan dan personil yang terlibat di balik layar.

Q: Apakah pandemi Covid-19 menghambat proses ini?

Dalam keadaan apapun, menyiarkan Olimpiade adalah sebuah tantangan yang masif. Ekspektasi audiens sangatlah tinggi: mereka mengharapkan konten yang lancar, berkualitas tinggi, dan dalam jumlah banyak. Secara kuantitas, jumlah konten video yang diolah selama Olimpiade sangatlah besar, sehingga perlu didukung oleh kapasitas jaringan yang mumpuni.

Tidak hanya itu, para penonton juga berharap Olimpiade selalu mendatangkan hal-hal baru dan inovatif, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi kami.

Teknologi-teknologi yang baru muncul, biasanya belum tersedia dalam skala masif seperti yang kami butuhkan. Selain itu, teknologi ini juga belum terlalu banyak digunakan, sehingga belum terlalu terbukti dan belum pernah melalui tahap troubleshooting (proses pemulihan dari masalah). Jadi, kami perlu cermat menghadapi ekspektasi dari berbagai pihak, karena ada tanggung jawab yang sangat besar di sini.

Pandemi ini juga menambah hambatan yang ada.

Pertama, dari segi penundaan acara. Mungkin orang menganggap bahwa jika acara ditunda, maka kami ada waktu 1 tahun lagi untuk persiapan, tapi nyatanya tidak demikian. Sebaliknya, justru penundaan ini membuat pekerjaan kami justru lebih banyak dalam mempersiapkan Tokyo 2020. Ketika Olimpiade ditunda, kami saat itu sudah memiliki hampir 200 staf di Tokyo yang sedang mempersiapkan segalanya.

Karena pengumuman penundaan, kami akhirnya harus menghentikan proyek sejenak, dan mengirim setiap staf untuk kembali ke negara masing-masing. Jangan lupa, setelah Tokyo 2020, kita juga akan menyambut Olimpiade Beijing 2022. Awalnya, kami punya waktu 1,5 tahun untuk bersiap-siap, namun sekarang, kami hanya punya beberapa bulan saja yang tersisa untuk persiapan sebelum berpindah ke Beijing.

Kami harus menghentikan proyek, memperhatikan staf, dan mengirim mereka pulang. Setelah Tokyo 2020 kita juga menghitung mundur ke Beijing 2022. Awalnya, kami memiliki jeda satu setengah tahun setelah Tokyo 2020, tetapi karena penundaan, kami hanya memiliki beberapa bulan sebelum berangkat ke Beijing.

Pandemi juga telah mengubah cara kerja dunia, dan sangat berpengaruh pada proyek besar ini.

Contohnya saja, sistem transportasi internasional terganggu. Barang-barang yang dikirim harus dicek dengan lebih ketat, sehingga berdampak pada waktu kedatangan dari semua peralatan yang kami butuhkan.

Lebih dari 8.000 kru OBS berasal dari 60 negara yang bebeda, dan mereka semua harus terbang ke Tokyo. Sesampainya di Tokyo, mereka harus melakukan test; hal ini sangat sulit, tetapi kami berhasil melewatinya.

Penonton berpartisipasi secara virtual di Tokyo 2020 dari seluruh dunia. Foto: ©2021-IOC-All rights reserved Tokyo 2020

Penonton berpartisipasi secara virtual di Tokyo 2020 dari seluruh dunia. Foto: ©2021-IOC-All rights reserved Tokyo 2020

Q: Bagaimana cara Anda mengatasi peraturan tidak adanya penonton selama pertandingan?

Keputusan Jepang untuk tidak mengizinkan penonton di stadion membuat suasana pertandingan tidak biasa. Atlet-atlet yang datang tentu berharap mereka bisa mendengarkan dukungan dari penonton ketika mereka sedang bertanding.

Kami tentu senang dengan kehadiran penonton, karena mereka membuat pertandingan terasa lebih hidup. Kami juga bisa lebih bebas “bercerita”, dengan menangkap dan menampilkan reaksi-reaksi dari penonton di stadion.

Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan, kami mendukung keputusan pemerintah Jepang untuk meniadakan penonton di Tokyo 2020. Kami bergegas mencari alternatif ide, yaitu “Virtual Fan”, dimana kami menggunakan teknologi untuk menampilkan reaksi para penonton dari seluruh dunia ke dalam gelanggang olahraga. Tidak hanya membuat atlet merasa lebih semangat, tapi Virtual Fan ini juga memuaskan hasrat dari para penonton yang selama ini berencana untuk pergi ke Jepang dan menonton Olimpiade, sehingga mereka benar-benar merasa seolah-olah sedang hadir secara langsung.

Penonton tetap bisa berpartisipasi dengan teriakan-teriakan dukungan – dimana semakin banyak penonton yang “berteriak”, kilauan lampu negara di peta dunia akan semakin terang. Kami juga mengajak para penonton untuk bisa mengunggah video selfie ketika mereka menyemangati atlet favorit, kira-kira dengan durasi beberapa detik, supaya bisa membuat dinding matrix berisikan kumpulan video dari fans.

Setelah pertandingan usai, atlet akan melakukan lebih dari 200 video call dengan keluarga atau teman-teman mereka, yang akan disiarkan secara langsung [Ada lebih dari 250 juta ‘teriakan pendukung’ yang dikirimkan dari seluruh dunia, menurut Komite Olimpiade Internasional.]

 

[Alibaba mendukung keterlibatan virtual dengan menghosting proyek di cloud. Alibaba adalah Mitra Olimpiade Global.]

 

Q: Bagaimana teknologi mampu meningkatkan pemahaman penonton tentang pertandingan-pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020?

Satu-satunya cara agar penonton di rumah bisa mengikuti setiap detail yang terjadi, adalah melalui teknologi kami. Kami menambah jumlah kamera-kemaera khusus yang bisa menangkap setiap momen, dari berbagai sudut.

Ini merupakan bagian penting dari menceritakan apa yang terjadi selama pertandingan. Karena itu, untuk melakukannya secara efektif, kami harus menempatkan banyak kamera dan mikrofon sedekat mungkin dengan area pertandingan.

Kami menempatkan sensor di atlet atau peralatan yang mereka gunakan, agar bisa menangkap parameter yang berbeda, seperti akselerasi, kecepatan, tinggi atau kekuatan. Kemudian kami mengolah data tersebut agar dapat dipahami secara visual.

Kami juga menggunakan artificial intelligence (AI) dan teknologi pemrosesan visual, sehingga tidak mengganggu jalannya pertandingan.

Bekerja sama dengan Intel dan Alibaba, kami menggunakan “3D Athlete Tracking” untuk pertama kalinya. Inovasi ini dapat menghitung parameter balap lari 100 dan 200-meter seperti kecepatan atau akselerasi.

Kemajuan teknologi juga berarti kualitas konten yang lebih baik. Misalnya, kami sudah memindahkan semua produksi kami ke dalam format resolusi 4K, untukmemberikan warna dan kecerahan gambar yang lebih nyata. Hasilnya, kualitas gambar jauh lebih jernih daripada sebelumnya. Kami juga menggunakan audio imersif pada Olimpiade ini untuk pertama kalinya.

Melalui teknologi-teknologi baru, kami mencoba memberikan lebih banyak informasi kepada penonton. Kapabilitas teknologi ini akan terus ditingkatkan, supaya konten bisa menjadi lebih menarik dan lebih kaya dalam mengantarkan realita lapangan ke layar para penonton yang ada di rumah.

Q: Pembelajaran apa saja yang didapat dari Tokyo 2020 untuk Beijing 2022?

Pertama-tama, inovasi tidak akan pernah berhenti. Kami sudah memikirkan beberapa hal penting untuk persiapan Beijing 2022.

Salah satunya adalah penggunaan teknologi 5G secara lebih luas, karena lingkungan di Beijing sangat mendukung teknologi ini. Olimpiade ini juga akan dilangsungkan di negara asal Alibaba, sehingga pasti terdapat kapasitas pemrosesan yang lebih besar lagi. Ini berarti kami akan berkesempatan untuk bisa meluncurkan inisiatif-inisiatif yang lebih luas, yang berbasis pada kecerdasan buatan.

Kami menyambut hangat segala kemajuan terkait inovasi dan dampak-dampak positifnya untuk perhelatan besar seperti Olimpiade.


 AlibabaNews Bahasa Indonesia adalah portal informasi resmi dari Alibaba Group yang menyediakan berita terbaru terkait ekosistem alibaba di Indonesia dan secara global. Dapatkan informasi terbaru langsung di e-mail Anda dengan berlangganan newsletter kami di laman utama.

Alibaba Cloud IOC OBS Olimpiade Tokyo 2020