Joe Tsai: Alibaba Berada di Posisi Tepat di Tengah Perang Dagang

Pada 15 Mei lalu, Alibaba Group melaporkan keuangan kuartal Maret dan pendapatannya di tahun 2019. Di bawah ini terlampir komentar dari Joe Tsai selaku Executive Vice Chairman Alibaba.

Kami memiliki kinerja kuartal yang bagus, baik di bidang operasi, pendapatan, dan laba yang angkanya di luar perkiraan. Hasil ini membuktikan daya tahan usaha kami di hadapan rumitnya keadaan politik dan ekonomi yang sedang dihadapi. Meskipun demikian, saya masih ingin membahas isu penting yang banyak disebut-sebut sebagai “Perang Dagang.”

Mari kita memilah kompleksitas hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok untuk melihat posisi Alibaba dalam situasi tersebut. Secara singkat, wacana perdagangan yang ada menempatkan Alibaba di posisi yang tepat di segala isu.

Pertama, pengurangan neraca perdagangan Amerika Serikat. Komitmen Tiongkok untuk membeli lebih banyak produk Amerika selama beberapa tahun mendatang akan menjadikan Tiongkok sebagai negara pengimpor langsung. Konsumen di Tiongkok akan merasakan manfaat langsung dengan ketersediaan produk impor berkualitas dari berbagai penjuru dunia; Termasuk dari brand, bisnis kecil, dan juga para petani Amerika.

Pada hal ini, Alibaba memiliki posisi dan keadaan yang tepat untuk memanfaatkan peluang dari tren impor yang berkembang di Tiongkok. Kami adalah platform pilihan bagi produsen global yang ingin memasuki pasar Tiongkok karena kami memiliki pengetahuan mendalam akan 650 juta konsumen aktif Tiongkok pada platform kami. Skala dan efektivitas kami dalam menjangkau konsumen Tiongkok tidaklah tertandingi.

Dalam perdagangan internasional, Tmall Global adalah platform nomor satu di Tiongkok bagi para pedagang mancanegara. Mereka dapat menjual langsung pada konsumen Tiongkok tanpa harus mendirikan sarana operasional fisik di sana. Experience ini telah dirasakan oleh perusahaan internasional yang sudah membangun brand mereka dalam Tmall Global mencakup Chemist Warehouse, Blackmores, Pampers, dan juga Emporio Armani.

Kedua, negosiasi perdagangan yang ada akan mendorong Tiongkok untuk membuka diri atas perdagangan luar demi memenuhi permintaan konsumen domestik yang terus berkembang pesat. Kami tidak mencemaskan hal tersebut akan menurunkan perkembangan produk domestik bruto (GDP). Alasannya adalah ekonomi Tiongkok akan bergeser dari berorientasi ekspor menuju berorientasi konsumsi domestik. Perkembangan lapangan kerja turut berperan besar dalam pemikiran ini. Dalam lima tahun terakhir, Tiongkok memang kehilangan 14 juta pekerjaan manufaktur. Namun, pergerakan ekonomi Tiongkok membuka 70 juta lapangan kerja di bidang pelayanan.

Masyarakat kelas menengah di Tiongkok telah mencapai angka kritis di atas 300 juta, hampir sebesar seluruh populasi Amerika Serikat. Angka tersebut diprediksi akan bertambah dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan, terutama pada kota-kota yang belum begitu berkembang. Sementara saat ini total konsumsi domestik Tiongkok mencapai angka USD5,5 triliun (Rp78.000 triliun), konsumsi dari kota-kota yang belum begitu berkembang tersebut, dengan populasi mencapai 500 juta warga, diprediksi akan meningkat ke angka USD7 triliun (Rp100.000 triliun) dalam 10 tahun mendatang.

Ketiga, perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah meningkatkan sejumlah peningkatan signifikan untuk mengurangi pelanggaran HAKI. Tiongkok juga mengakui pentingnya melindungi hak para inovator. Selain itu, Tiongkok juga memahami pentingnya mengutamakan konsumen yang menginginkan produk orisinil berkualitas tinggi.

Saat ini Alibaba berada di posisi terdepan dalam melindungi HAKI. Dengan memanfaatkan teknologi yang kami miliki, kami mengambil langkah agresif dan proaktif untuk membongkar pihak-pihak pemalsu dalam platform kami. Itulah permintaan dari para pelanggan yang mempercayai platform kami.

Alibaba adalah satu-satunya perusahaan e-commerce yang diakui memiliki komitmen atas perlindungan HAKI oleh beragam brand global. Alibaba Anti-Counterfeiting Alliance yang didirikan pada tahun 2017 telah berkembang hingga mencakup 132 brand dari 16 negara dalam 12 industri. Anggota dari aliansi ini berkolaborasi dalam enam bidang kunci: pengawasan dan perlindungan online secara proaktif, program uji pembelian produk, investigasi offline, asistensi pihak berwenang, proses pengadilan terhadap pelanggar hukum, dan kampanye kesadaran masyarakat.

Keempat, reformasi struktur ekonomi Tiongkok. Saat ini, sektor swasta tengah berinisiatif membawa ekonomi ke dalam dunia digital, mulai dari proses produksi, rantai pasok, distribusi, pengembangan produk, dan pemasaran. Hal tersebut akan mendukung industri tradisional yang masih dipengaruhi oleh dominasi negara. Melalui strategi New Retail dari kami dan dukungan teknologi cerdas, Alibaba tengah memimpin pembangunan infrastruktur perdagangan baru dalam dunia ekonomi yang kian menjadi digital.

Kerjasama kami dengan Starbucks adalah salah satu contoh yang bagus. Di Tiongkok, Starbucks telah menciptakan kehadiran signifikan melalui marketplace kami yang amat bersahabat bagi pengguna telepon seluler. Hasilnya, Starbucks telah mendapatkan jutaan pelanggan setia baru secara online. Kami juga mendukung Starbucks untuk mengembangkan penawaran mereka dari operasi berbasis toko fisik menjadi pengiriman langsung ke pelanggan. Melalui inisiatif tersebut, Starbucks berhasil menambahkan dimensi online pada strategi pemasarannya. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari Alibaba Business Operating System.

Sebagai kesimpulan, isu negosiasi perdagangan ini akan selesai dengan sendirinya. Ekonomi Tiongkok tengah berubah untuk menutup celah antara kepentingan pemerintah Tiongkok dan Amerika Serikat. Artinya, di masa depan akan ada konsumsi domestik yang lebih besar, lebih banyak barang impor, perlindungan HAKI yang terus berkembang, dan proses pemindahan industri ke dunia digital dengan partisipasi sektor swasta.

Ketika kami memandang perubahan ekonomi Tiongkok, Alibaba ada di posisi yang paling tepat. Saya tidak dapat membayangkan perusahaan lain yang lebih baik dan lebih siap untuk menghadapi isu-isu tersebut untuk bisa memanfaatkan peluang secara jangka panjang.