Ekosistem Alibaba, Gerbang ke Masa Depan Digital
Salah satu tantangan paling penting yang di generasi baru para pemimpin bisnis dunia adalah mengubah operasional bisnisnya untuk menghadapi cepatnya evolusi ekonomi digital, ujar Chairman dan CEO Alibaba Group Daniel Zhang.
Berbicara di Alibaba ONE Business Conference di Hangzhou pekan lalu (18/12), ia mengatakan bahwa memberdayakan para perusahaan untuk merancang ulang operasional bisnisnya dalam menyongsong era digital dan menerima konsep “new organization” (bentuk organisasi yang beradaptasi dengan era digital) telah menjadi fokus utama Alibaba dalam membantu para perusahaan mengakselerasi transformasi digital dan mendorong pertumbuhan mereka.
“Para pemimpin bisnis masa depan tidak hanya mendorong inovasi produk, namun lebih penting lagi, mereka akan mengambil peranan penting untuk mengintegrasikan inovasi dalam operasional perusahaan,” ujar Daniel Zhang. “Dengan kata lain, mereka akan bertugas membangun organisasi perusahaan yang inovatif.”
Alibaba Business Operating System (ABOS), yang memberikan perusahaan semua perangkat yang tersedia di ekosistem Alibaba, dirancang untuk membantu para pebisnis mencapai transformasi digital tersebut. ABOS juga menjadi bagian dari program A100, yang membantu para perusahaan dengan melalui paket layanan lengkap dan dapat di sesuaikan dengan kebutuhan. Sejak Alibaba meluncurkan program A100 di bulan Januari tahun ini, sejumlah perusahaan seperti Starbucks dan Nestlé telah bergabung dan bermitra untuk memperdalam kolaborasi dengan Alibaba. Alibaba membentuk tim khusus dari berbagai divisi untuk menjadikan operasional bisnis mereka di Tiongkok lebih efisien dan mempermudahkan mereka menggunakan layanan-layanan yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka, mulai dari ritel, pengelolaan alur kerja, financial technology, logistik, komputasi awan atau layanan lokal on-demand.
Liby, produsen detergen pakaian asal Tiongkok, adalah salah satu perusahaan pertama yang bergabung di program A100 dengan menjalin kemitraan dengan DingTalk, aplikasi percakapan dan kolaborasi milik Alibaba, untuk meng-upgrade komunikasi internal mereka, ujar Kunn Ruan, chief information officer Liby. Perusahaan meluncurkan Ding Talk yang di customize untuk peruashaan mereka, langsung menghubungkan puluhan ribu penjaga toko, tenaga penjualan, distributor dan pengemudi. Sebelumnya, dibutuhkan waktu berbulan-bulan bagi para direktur penjualan di kantor pusat Liby di Guangzhou untuk mengomunikasikan pesan-pesan mereka secara efektif ke jaringan staf regional, distributor, dan klien yang demikian banyak dan luas, ujar perusahaan dalam keterangannya. Beberapa manager sekarang menggunakan fitur livestreaming dari DingTalk untuk berbagi pesan yang penting, dan beberapa bahkan melakukan sesi livestream hingga enam sesi per hari.
“Bagi kami, DingTalk lebih dari sekedar alat komunikasi tetapi merupakan cara untuk meningkatkan kolaborasi kami dengan para mitra di hulu dan hilir,” ujar Ruan.
Ruan juga menyebutkan adanya fitur logistik cerdas yang membantu operasional Liby. Fitur ini secara otomatis membuat grup chat online saat perusahaan menerima sebuah pesanan dan memasukkan semua pihak yang terlibat dalam proses pengiriman – seperti distributor, pengelola kendaraan, pengemudi dan penyedia gudang – supaya mereka bisa dengan cepat merespon permasalahan yang muncul. Para pengemudi juga bisa menggunakan ponsel mereka untuk mengirimkan konfirmasi pengantaran, menggantikan lembaran bukti pembayaran yang membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk memproses adminnya.
Program A100 adalah upaya baru Alibaba untuk menjadikan semua operating-systemnya menjadi paket yang lengkap, namun semua mitra perusahaan mereka bisa menggunakan seluruh perangkat yang disediakan.
Jaringan ritel optik Baodao Optical, sebagai contoh, menggunakan ABOS untuk mengakselerasi upaya digital mereka dengan mengintegrasikan cabang-cabang gerai ritelnya dengan flagship store Formosa. Kini, 1.200 toko optik Baodao Optical kini mendukung pembelian secara online. Konsumen selain bisa memesan frame kacamata di Tmall dan kemudian mengambil dan memastika kesesuaian ukuran kacamata mereka di toko-toko fisik Baodai Optical, mereka bisa menggunakan voucher online untuk pembelian offline. Baodao juga salah satu perusahaan pertama yang menggunakan Tmall Flagship 2.0, upgrade toko online dari Tmall untuk memberikan kehadiran online bagi para toko fisik di aplikasi Taobao dan dompet digital Alipay.
ABOS juga telah membantu Baodao memberikan insentif bagi para staffnya agar bisa memberikan layanan lebih baik. Lebih dari 5.000 staf penjaga toko dan hampir 2.000 staf para distributor menggunakan fitur smart shop attendant di DingTalk, yang memungkinkan mereka mendapat komisi 3%-10% untuk setiap penjualan online. Selain itu, para konsumen bisa menggunakan aplikasi Taobao untuk memindai QR Code untuk menambahkan seorang staff sebagai asisten pribadi saat mereka berbelanja. Dengan fungsi ini, para penjaga toko dapat terus berinteraksi dengan konsumen online dan berbagi tautan-tautan produk yang direkomendasikan, juga keutungan dan penawatran terbasru, bahkan setelah pelanggan meninggalkan toko.
Baodao juga menggunakan insights tren dari Tmall search analytics untuk menentukan jenis produk mana yang akan populer sehingga mereka bisa menyesuaikan rantai pasok dan mengembangkan produk-produk baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Umumnya, diperluan waktu enam bukan hingga setahun bagi Baodao untuk merancang dan meluncurkan produk eyewear baru, dengan ABOS, perusahaan kini bisa meluncurkan produk-produk baru dalam dua bulan.
Konsumen di era sekarang terdigitalisasi dan selalu online, ujar Daniel Zhang. Dan saat model-model operasional bisnis menjadikan mereka pusat dan prioritas dari inti perusahaan – bukannya brand-centric atau product-centric, maka berbagai kesempatan baru muncul.
Bagi Daniel Zhang, menyelesaikan pesanan bukanlah akhir dari pengalaman konsumen, melainkan menandai mulainya interaksi digital masa depan dan operasional dengan konsumen tersebut, tambahnya. “Saat pembayaran digital dilakukan, itu bukan menandakan konsumen check out (keluar) dari toko tapi menjadi saat konsumen digital melakukan check in,”
“Kami tidak lagi membahas batasan antara online dan offline atau apa yang tradisional dan bukan. Satu-satunya perbedaan adalah apakah operasional bisnis terdigitalisasi,” tutup Daniel Zhang.
Bagikan
Link Telah Disalin