Keberhasilan Perlindungan HAKI oleh Alibaba Terus Berlanjut: Laporan

Berdasarkan [laporan tahun 2018](https://www.alizila.com/wp-content/uploads/2019/05/Final_Alibaba_2018_IPR_Report.pdf) yang dikeluarkan oleh Alibaba Group, perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang mereka kembangkan telah berkembang dalam skala besar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kombinasi hubungan kerjasama dengan brand dan peningkatan teknologi telah menghasilkan perlindungan HAKI yang sukses, baik itu dalam menghapuskan produk palsu secara proaktif, menjalankan pemeriksaan, dan juga penurunan jumlah pelaku.

“Alibaba Group telah menunjukkan dedikasi dan komitmen atas perlindungan HAKI sepanjang sejarah perusahaan. Setiap tahunnya, Alibaba juga berjuang untuk melanjutkan kesuksesan dari tahun terdahulu,” tertulis dalam laporan tahunan Alibaba. “Berkat kerjasama yang terpadu dari Alibaba dan para pemegang saham dengan HAKI, setiap tolak ukur perlindungan HAKI dari Alibaba menunjukkan peningkatan pada tahun 2018.”

[Baca laporan HAKI Alibaba tahun 2018 di sini](https://www.alizila.com/wp-content/uploads/2019/05/Final_Alibaba_2018_IPR_Report.pdf)

Berdasarkan laporan tersebut, peningkatan utama dari program perlindungan HAKI Alibaba mencakup:

  • 96% produk dieliminasi secara proaktif sebelum satu penjualan pun terjadi.
  • Laporan/permintaan dari pemilik HAKI menurun 32% dari tahun ketahun.
  • 96% laporan/permintaan yang dikirim di hari kerja melalui Intellectual Property Protection Platform (IPP Platform) milik Alibaba diproses dalam 24 jam.
  • Jumlah produk yang dinonaktifkan sebagai hasil dari laporan konsumen atas dugaan pemalsuan produk turun 70% dari tahun ketahun.
  • Kolaborasi dengan pemilik merek dan penegak hukum berdampak pada meningkatnya jumlah penahanan hukum dan penutupan lebih banyak fasilitas yang diduga memalsukan produk pada tahun 2018.

Lihat grafis di bawah untuk mengetahui pokok penting lainnya dari laporan ini.

Selain menekankan pentingnya teknologi, Alibaba juga merujuk pada kerjasama mereka dengan para pemegang saham, industri pemegang HAKI, asosiasi industri, pemerintah, dan petugas hukum sebagai poin penting dalam menghadapi para pemalsu kekayaan intelektual. Pada tahun 2018, anggota AACA (Alibaba Anti-counterfeiting Alliance) berkembang menjadi 121 brand dari yang awalnya hanya 30 ketika diluncurkan pada Januari 2017.

“Perkembangan ini tidak hanya menunjukkan komitmen Alibaba untuk berkolaborasi dengan pemegang HAKI di era digital, tapi juga memperlihatkan pengakuan dari para pemegang saham atas efektivitas dan pentingnya peran AACA dalam perlindungan HAKI,” tulis laporan tersebut.

Dialog Langsung

Tim Perlindungan HAKI Alibaba berada di Boston pada bulan Mei lalu untuk menghadiri konferensi tahunan dari International Anti Counterfeiting Coalition (IACC) dan International Trademark Association (INTA).

Pada konferensi IACC, Alibaba membuka diskusi bersama platform lainnya. Dalam kelompok kecil, mereka membahas kesempatan dalam membangun hubungan dengan brand, berdiskusi, dan mempelajari mengenai praktik-praktik terbaik untuk perlindungan HAKI.

Alibaba juga berpartisipasi dalam panel diskusi bersama P&G, UK Anti-Counterfeiting Group, Western Union, dan Departemen Keadilan Amerika Serikat mengenai investigasi langsung. Selain itu, Alibaba berpartisipasi dalam E-Commerce Working Group yang dikoordinasi oleh National IPR Coordination Center. Grup tersebut menyatukan perusahaan e-commerce, distributor, penyedia jasa pembayaran, dan beberapa agensi federal Amerika Serikat, seperti ICE, FBI, dan Departemen Keadilan. Tujuannya adalah untuk menghentikan penyelundupan barang palsu dalam skala besar. Di luar itu, Alibaba juga akan mengadakan acara untuk berdiskusi dengan penyedia layanan HAKI online dan membagikan berita terbaru mengenai platform perlindungan HAKI mereka.

Pada pembukaan konferensi IACC, Bob Barchiesi selaku presiden IACC memuji kepemimpinan Alibaba dalam perlindungan HAKI. “Kami bermitra dengan Alibaba saat para pihak lain menunjukkan keraguan, dan sejarah menunjukkan bahwa pilihan kami (untuk bermitra dengan Alibaba) benar.

Kolaborasi IAAC dan Alibaba dalam IACC MarketSafe Expansion Program menonaktifkan ratusan ribu produk yang melanggar HAKI dan menolak akses permanen bagi 15.000 penjual yang beritikad buruk, menurut IAAC.

Pada konferensi INTA, Alibaba membuka diskusi bersama pemimpin senior dari anggota AACA untuk membahas langkah selanjutnya serta isu lain yang penting bagi perlindungan brand. Dalam dua konferensi tersebut, Alibaba bertemu secara langsung dengan lebih dari 25 brand untuk bertukar ide, informasi terkait perlindungan HAKI, serta langkah-langkah untuk memperkuat kolaborasi.

Tiga Pilar Suksesnya Perlindungan HAKI

Pada laporan perlindungan HAKI tahunannya, Alibaba juga menyebutkan tiga pilar yang menjadi faktor kunci kesuksesan sejumlah inisiatif perlindungan HAKI yang dilakukan perusahaan dalam melindungi brand di berbagai platform milik Alibaba dan menjadikan marketplace Alibaba aman bagi para penjual dan konsumen:

Pemberitahuan dan Langkah Penonaktifan yang Lebih Baik

Platform IPP dapat memberikan wadah bagi brand untuk mengirimkan permintaan untuk melindungi HAKI mereka secara online. Platform tersebut mendapat update besar pada 2018 sehingga brand dapat melacak proses keluhan mereka secara langsung dan melihat balasan/penjelasan dari penjual.

Alibaba memperluas dukungan mereka pada brand melalui ketersediaan jalur komunikasi melalui surel dan telepon. Selain itu, mereka juga menyediakan edukasi online pada platform dalam bentuk Tanya-Jawab, video instruksi, dan studi kasus. Alibaba juga menjalankan program “Good Faith” yang mempermudah pemegang HAKI dengan reputasi baik untuk mengirimkan permintaan eliminasi katalog. Secara keseluruhan, hal itu menumbuhkan tingkat keanggotaan selama 44% dari tahun ke tahun per Oktober 2018.

Teknologi Canggih untuk Monitoring Secara Proaktif

Alibaba sudah menggunakan teknologi seperti algoritma pengenalan imej dan semantic, monitor dan intersepsi real-time, bio-identification dan algoritma untuk mendeteksi perilaku seller yang tidak normal sebagai cara memerangi produk yang melanggar HAKI dari platform-platform Alibaba. Pada 2018, Alibaba juga mulai menganalisa pola emosi dan semantik pada kolom komentar katalog produk dan balasan negatif dari konsumen sebagai petunjuk untuk memulai investigasi. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan algoritma untuk menganalisa suara dan gambar dalam livestream untuk memastikan tidak ada aktivitas ilegal.

Kerjasama Yang Berkelanjutan Dengan Pihak Penegak Hukum

Bagi Alibaba, Penjualan barang palsu di platform online adalah refleksi aktivitas penjualan barang palsu di perdagangan offline. Oleh karena itu, Alibaba menggunakan pengawasan online mereka untuk mendukung investigasi secara offline. Kerjasama mereka dengan pihak berwenang sekarang mencakup 31 provinsi di Tiongkok dan menghasilkan 1.634 laporan bagi para penegak hukum. Berkat hal tersebut, pemerintah dapat menangkap 1.953 tersangka dan menutup 1.542 fasilitas yang terlibat produksi serta distribusi barang ilegal. Produk ilegal dari kasus-kasus tersebut diperkirakan mencapai nilai Rp16 triliun.


Laporan tersebut juga menunjukkan peran konsumen dalam memerangi pelanggar HAKI, usaha Alibaba untuk berdiskusi dan berkolaborasi dengan pemegang saham, peran Alibaba dalam menyediakan alat-alat perlindungan HAKI pada UMKM, dan kerja AACA. Semua itu merupakan hal penting untuk melindungi brand dalam platform Alibaba dan menciptakan pasar yang aman untuk penjual serta konsumen.

Alibaba memahami pentingnya rasa percaya untuk keberlangsungan bisnis. Kualitas dan orisinalitas produk akan selalu menjadi nilai penting dari kepercayaan itu. Sebagai pemimpin teknologi global, Alibaba akan selalu berkomitmen untuk melindungi HAKI.

Alibaba Alibaba Anti-Counterfeiting Alliance International AntiCounterfeiting Coalition perlindungan HAKI taobao