From Zero to Hero, Cerita Shoppingshoess Berjualan di Lazada hingga Hidupkan Kembali Desa Penjahit
Ditengah kelesuan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, Hanna Suhardi, pemilik shoppingshoess, tetap kukuh mewujudkan bangkitnya kembali ekonomi desa penjahit. Dapatkan kisah lengkap dari Hanna Suhardi, terangkum dalam Alibabanews.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kelesuan ekonomi di hampir semua sektor dan daerah di Indonesia, termasuk tiga desa di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang sebagian besar warganya memiliki keahlian khusus menjahit konveksi. Berkurangnya pesanan membuat mereka harus turun ke ladang, dan kembali bercocok tanam.
Namun, Hanna Suhardi, pemilik bisnis online shoppingshoess di Lazada, berhasil membangkitkan kembali geliat desa-desa penjahit di Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui pesanan yang terus mengalir. Shoppingshoess merupakan brand yang menjual sepatu wanita dan tas pria. Keterbatasan modal untuk menyewa tempat berjualan, membuat Hanna memutuskan untuk menjual produknya melalui marketplace.
Awal Shoppingshoess, Bermula dari Menjual Sepatu Pedagang Lain
Diawali dengan menjual sepatu dari pedagang lain lima tahun yang lalu, Hanna kemudian memberanikan diri untuk mulai berjualan di Lazada. Seiring berjalannya waktu, Ia kini mampu memproduksi tas dan sepatu dengan merek sendiri untuk memenuhi pesanan konsumen yang terus meningkat, bahkan selama masa pandemi. Dengan keahlian cermat membaca tren dan pemahaman desain mendasar, Hanna mengayomi lebih dari 100 orang penjahit dari dua desa di Jawa Barat dan satu desa di Jawa Tengah untuk memenuhi pesanan shoppingshoess yang bisa mencapai lebih dari 9.000 pesanan setiap bulannya.
Impian untuk Memberdayakan dan Mensejahterakan Sekitar
Ketika mulai berjualan tas dan sepatu di Lazada, Hanna memiliki visi untuk tidak hanya menjadi mandiri secara finansial, namun juga ingin memberdayakan dan menyejahterakan para pegawai dan komunitas di sekitarnya, agar dapat bertahan dan tumbuh bersama, meski di tengah kondisi yang tidak menentu. Shoppingshoess juga mengajak masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal Hanna untuk membantu pengemasan pesanan, agar mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
“Saya percaya kita bisa maju dengan tidak hanya memikirkan diri sendiri. Prinsip saya, rezeki itu bukan hanya milik sendiri, tapi milik bersama, sehingga saya selalu bersemangat menjalankan bisnis shoppingshoess di Lazada supaya para mitra penjahit dan karyawan yang bekerja dengan saya juga bisa merasakan manfaatnya,” ujar Hanna.
“Saat bisnis saya mulai berkembang dan order semakin banyak, saya mulai mencari mitra yang bisa mendukung pasokan. Setelah mencari-cari secara intensif, saya menemukan tiga desa yang mayoritas penduduknya adalah penjahit konveksi. Mereka saat ini sedang mengalami kesulitan karena berkurangnya pesanan sehingga perekonomian para penjahit pun menjadi sulit. Akibatnya, meski mereka ingin mencoba mandiri, namun mereka kesulitan mendapatkan kredit permodalan dari bank karena tingginya tingkat kredit macet. Saat itu saya memutuskan untuk menjadikan mereka sebagai mitra untuk menggerakkan perekonomian di desa tersebut sesuai dengan keahlian masyarakatnya,” lanjut Hanna.
Hanna yakin bahwa usahanya bisa terus berkembang berkat kerja sama yang baik dengan seluruh karyawan dan mitra. Sebagian besar mitra penjahit adalah penjahit berpengalaman yang biasa menerima ratusan pesanan dari konveksi sebelum pandemi. Mereka punya keahlian yang sangat bagus, dan kualitas pekerjaan mereka pun tidak kalah saing dengan barang impor. Keinginan mereka untuk terus maju dan berkembang turut berkontribusi pada kemajuan shoppingshoess di Lazada. Mereka bahkan juga berinisiatif untuk mengajak dan mengajarkan para penjahit lain di desanya, hingga kini sudah ada lebih dari 100 mitra penjahit yang menjadi mitra dalam produksi shoppingshoess.
Memilih Lazada karena Fitur Pembelajaran dan Edukasi ke Penjual
Menyadari banyak orang yang bergantung pada usahanya, Hanna juga sangat selektif dalam memilih marketplace. Ia memilih untuk fokus mengembangkan bisnis di Lazada karena platform ini memiliki fitur pembelajaran dan edukasi untuk para penjual. Selain dapat mengakses banyak modul pelatihan melalui Lazada University, adanya fitur Bisnis Analis juga membantu Hanna untuk menganalisis data dan merencanakan strategi bisnis lanjutan untuk meningkatkan traffic dan penjualan shoppingshoess.
“Saya sudah lima tahun bergabung dengan Lazada, dan semakin aktif sejak tahun 2017. Saya juga selalu mengikuti berbagai kampanye belanja Lazada setiap tahun, termasuk UlangTahun Lazada, Idul Fitri, serta Festival Belanja 11.11 dan 12.12, karena hasil penjualan dalam periode ini selalu meningkat signifikan. Bahkan, pada Festival Belanja 12.12 tahun 2019 lalu, penjualan toko saya meningkat hingga 800% dari angka penjualan normal” ungkap Hanna.
Baginya, kampanye belanja sangat mendukung pertumbuhan bisnis. Dan bila bisnis shoppingshoes berkembang, tentunya mitra penjahit akan mendapatkan manfaatnya juga. Untuk Festival Belanja 11.11 dan 12.12 tahun ini, Hanna telah mempersiapkan diri dengan memastikan persediaan stok barang di Shoppingshoess. Selain menyediakan berbagai promosi menarik, ia juga tengah mempersiapkan produk baru yang akan diluncurkan saat festival belanja mendatang. Menurut pengalamannya, memperkenalkan produk baru saat festival belanja adalah salah satu strategi untuk meningkatkan penjualan, karena traffic ke toko akan meningkat jauh lebih besar dibandingkan hari biasa.
Haikal Bekti Anggoro, SVP Traffic Operations & Sellers Engagement Lazada Indonesia, mengungkapkan komitmen Lazada untuk terus membantu para penjual agar dapat terus mengembangkan bisnisnya, meski masih di tengah pandemi. “Pandemi tentu mempengaruhi kinerja serta kondisi ekonomi banyak pelaku usaha di tanah air. Lazada berkomitmen untuk memberikan ekosistem berjualan yang terbaik bagi para penjual dengan tersedianya berbagai program dan fitur yang dapat meningkatkan performa bisnis mitra seller di Lazada. Program Lazada University misalnya, adalah program pelatihan untuk para penjual dengan modul pelatihan yang komprehensif dan terus diperbarui. Akses ke berbagai fitur dengan beragam manfaat, mulai dari memasang iklan, meningkatkan kunjungan, dan lainnya, tersedia di Seller Center kami. Lalu, para seller juga dapat saling belajar dan berbagi pengalaman melalui komunitas Lazada Club, yang selama 8 bulan terakhir telah diadakan secara virtual,” ujar Haikal.
Ia menambahkan, “Menjadi penjual di eCommerce tidak mudah. Penjual yang serius pasti memerlukan informasi dan tren terkini agar mereka tidak ketinggalan. Fitur Bisnis Analis Lazada memberikan data real-time mengenai kinerja toko di platform. Data inilah yang bisa digunakan oleh penjual dalam menetapkan strategi penjualan mereka. Kami ingin Lazada tidak hanya menjadi platform untuk berjualan semata, namun juga menjadi tempat penjual meningkatkan kapabilitasnya dalam hal pemasaran produk secara digital.”
Ternyata, menjadi pahlawan masa kini tidak harus mengangkat senjata. Hanna telah menjadi pahlawan ekonomi untuk komunitas desa penjahit serta masyarakat di sekitarnya. Bagaimana dengan Anda?
Alibabanews adalah portal informasi resmi dari Alibaba Group yang menyediakan berita terbaru terkait ekosistem alibaba di Indonesia dan secara global. Dapatkan informasi terbaru langsung di e-mail Anda dengan berlangganan newsletter kami di laman utama
Bagikan
Link Telah Disalin